Rabu, 14 September 2011

Tri Hita Karana

Dinamika keidupan manusia agar terjaga keseimbangannya, wajib memperhatikan dan menerapkan konsep Tri Hita Karana yang sudah banyak literatur membahas masalah ini. Namun ijinkan saya menyapaikan pandangan saya pribadi dan maaf kalau ada yang kurang sepaham, namun demikian buah pikiran dan hasil renungan sekecil apapun wajib dituangkan kedalam tulisan, agar kelak dikemudian hari bisa dijadikan referensi, untuk mencapai kesadaran hidup sebagai manusia ciptaan Tuhan. Pandangan saya terhadap konsep Tri Hita Karana adalah; pertama  hubungan manusa dengan Tuhan, kedua hubungan manusia dengan manusia dan yang ketiga hubungan manusia dengan lingkungannya.
  • Hubungan manusia dengan Tuhan tidak bisa terlepas dari pemahaman kita, bahwa Tuhan adalah alam semesta itu sendiri. Tidak ada ruang kosong bagiNYA, oleh karena itu hubungan manusia dengan Tuhan sesungguhnya adalah hubungan antara mikrokosmos dengan makrokosmos ( buana alit dengan buana agung). Tidak ada  unsur terkecil sekalipun tidak tergantung dari beliau, oleh karena itu setiap detak jantung, setiap tarikan napas kita wajib dipenuhi dengan rasa syukur dan selalu berlindung dalam bimbingan beliau. Kenyataan yang mudah kita rasakan adalah  unsur panca maha butha, mahluk mana yang tidak tergantung dari keberadaannya. Kita memang tidak bisa melihat Tuhan tetapi bisa merasakan melalui ciptaan NYA.

Hubungan manusia dengan manusia, hakekatnya adalah hubungan saling hormat menghormati, saling menghargai, saling membantu dan saling mengasihi sesama ciptaan Tuhan. Bhakti kita kepada sang Pencipta banyak bentuk dan macamnya; dengan mengasihi sesama mahluk hidup berarti juga mengasihi sang pemberi hidup, sebagai ucapan rasa syukur kepada beliau yang sudah memberikan kelimpahan rahmatnya. Jangan dipandang antara mahluk yang satu dengan yang lainnya berbeda dan saling bersaing...karena itu yang menyebabkan konflik berkepanjangan dapat mengakibatkan kehidupan bermasyarakat menjadi tidak nyaman dan aman. Menghargai dan mencintai ciptaan beliau berarti kita sudah melaksakan rasa bhakti dan ikut menjaga kelangsungan ciptaan-NYA. Kita diciptakan dalam bentuk, jenis yang berbeda-beda, satu dengan yang lainnya saling berhubungan emosional. Disadari atau tidak bahwa sesungguhnya kita tidak bisa hidup secara individual, kita selalu ada saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu marilah kita membiasakan diri saling berbagi, agar beban kehidupan kita terasa lebih ringan. Kita tidak akan pernah kehilangan sesuatu dengan membantu orang lain, justru akan terasa lebih kaya dari sebelumnya. Kebahagiaan yang sesungguhnya dapat dirasakan ketika kita bisa memberi manfaat dan kebahagiaan kepada orang lain yang membutuhkan. Oleh karena itu apapun yang kita pikirkan, katakan dan laksanakan selalu didasari atas dasar niat baik, kebenaran dan kebijaksanaan.
  • Hubungan manusia dengan lingkungannya. Saat ini hubungan antara manusia dengan alam paling buruk, manusia terlalu serakah untuk menggali potensi kekayaan alam yang terkandung didalamnnya, padahal memelihara alam demi untuk pelestarian alam untuk menjaga kelangsungan hidup manusia adalah kewajiban kita sebagai manusia. Lantas apa akibat dari keserakah manusia, banyak contoh musibah yang datang silih berganti, alam bergolak musibah merebak dimana-mana dengan berbagai versi dan bentuk, semua itu akibat kerusakan lingkungan yang terjadi akibat ulah manusia. Bagi mereka dunia ini seperti miliknya dan kekayaan harta benda akan di bawa sampai mati. Tanpa menyadari akibat yang dapat ditimbulkannya. Untuk mengembalikan keseimbangan alam itu sendiri terjadilah gesekan-gesekan musibah dimana-mana, agar alam kembali kepada keseimbangannya. Kemajuan teknologi sejujurnya tidak sepenuhnya membawa kebaikan kepada alam , justru kemajuan teknologi menyebabkan keruskan lingkungan semakin cepat. Kasihan generasi penerus kita, anak cucu kita, apa jadinya kalau alam ini terus menerus dirusak, Betapa berdosanya kita kalau hidup ini kita sia-siakan hanya untuk menumpuk kekayaan,  karena yang sesungguhnya materi dan kekayaan duniawi tidak akan kita bawa mati. Semua yang diperjuangkan dengan cara cara yang tidak manusiawi ; saling sikut, saling makan sesama teman dengan pengorbanan seumur hidup pada akhirnya tidak bermakna. Materi hanyalah sarana untuk mencari jati diri dan tujuan hidup yang sabenarnya. Karena tujuan hidup kita yang sesungguhnya adalah kembali kepadaNYA.
 
Bahan renungan ini bukan sekedar referensi bacaan penghilang kejenuhan, tetapi cobalah laksanakan sedikit saja, agar prilaku kita sudah terbimbing kejalan yang benar, maka niscaya kebahagiaan sejati akan dapat dirasakan tanpa kita sadari, semoga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar